Kami tidak menginginkan
kesempatan kerja yang total,
kami menginginkan
“kesempatan hidup yang sepenuhnya”
Apabila sebuah keluarga mendapatkan sebuah mesin cuci, kamu tidak akan mendengar ocehan salah satu anggota keluarga yang sebelumnya mencuci baju dengan menggunakan tangan, mengeluh kalau mesin cuci tersebut membuat mereka tidak bekerja lagi. Namun cukup aneh, apabila perkembangan yang sama terjadi pada skala dan lingkup sosial yang lebih luas, masalah seperti ini di lihat sebagai sebuah problematika yang cukup serius — pengangguran — misalnya, yang hanya dapat dituntaskan dengan membuka lapangan-lapangan kerja baru untuk dapat merekrut tenaga-tenaga kerja yang menganggur.
Solusi untuk memperluas kesempatan kerja dengan mengimplementasikan sebuah pekan kerja yang lebih pendek memang tampak menyelesaikan masalah lebih rasional. Namun solusi seperti ini tidak menyentuh irasionalitas mendasar dari sebuah sistem sosial yang di dasari oleh hubungan-hubungan pasar. Dengan hanya bereaksi pada salah satu manifestasi dari irasionalitas (fakta bahwa banyak orang bekerja seharian dan yang lainnya menganggur) secara bersamaan cenderung memperkuat ilusi bahwa bentuk kerja-sekarang adalah sesuatu yang penting dan normal., seperti bila saja satu pokok masalah yang secara aneh tidak dilihat setara, yang membuat absurditas dari sembilan puluh persen pekerjaan yang ada tidak tersentuh.
Di dalam suatu masyarakat yang sehat, penghapusan seluruh pekerjaan absurd ini (bukan hanya para produsen atau pasar yang menggelikan dan komoditas-komoditas tidak berguna tersebut, tapi ruang lingkup yang luas dari elemen-elemen yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam mendukung dan melindungi seluruh sistem komoditi) akan mereduksi tugas-tugas yang benar-benar penting sampai ke level yang terendah (mungkin kurang dari 10 jam tiap minggunya) hinnga tugas semacam ini akan dapat di kerjakan secara lebih mudah, sukarela dan kooperatif, selanjutnya menghapuskan kebutuhan kita akan keberadaan aparatus-aparatus insentif ekonomi dan penyelenggaraan negara.(1)
Beberapa aksi yang terjadi di Perancis baru-baru ini (yang hampir sama sekali tidak di reportasikan di media Amerika ) memperlihatkan sebuah perbedaan yang menyegarkan dari kaum progresif yang biasanya terlihat menuntut kesetaraan dari perbudakan upah.
Pada bulan desember dan januari, ribuan pengangguran berdemonstrasi di lusinan kota di perancis, dalam banyak kejadian mereka menduduki kantor-kantor pengangguran, ketenagakerjaan, perusahaan utiliti, dan agensi-agensi reposessi, menginvasi toko-toko dan restoran mewah, juga bersama-sama melakukan penyerangan di beberapa supermarket. Gerakan ini walau lebih hebat dari aksi-aksi pengangguran di AS, sayangnya sebagian besar gerakan berada dibawah kontrol assosiasi-assosiasi pengangguran resmi (didominasi oleh partai-partai kiri dan serikat pekerja). Tapi di pihak yang lain, kebanyakan aksi-aksi pendudukan yang terjadi di inisiatifkan oleh para individu-individu yang menolak di representasikan oleh para birokrat-birokrat asosiasi, mulai mengangkat suara dan beraksi untuk diri mereka sendiri.
Kecenderungan radikal ini terjadi pada awal pertengahan januari ketika para penganggur menduduki Paris Trade Center dan `Ecole Normale` superieure` yang elit, lalu setelah di paksa keluar oleh polisi mereka mengambil alih sebuah amphiteather di universitas Jussieu. Walau pendudukan ini secara jelas illegal, otoritas kampus menolak untuk memanggil polisi, dan pertemuan harian yang di hadiri seratus sampai dua ratus orang selanjutnya diadakan disitu hingga dua sampai tiga bulan.
Sementara sebagian besar dari gerakan penganggur di kendalikan secara birokratik dan murni simbolik (di tujukan untuk menekan pemerintah agar melakukan beberapa reformasi), gerakan pendudukan di Jussieu menginginkan pelaksanaan sebuah forum permanen yang dicanangkan untuk debat publik. Mereka tidak hanya membuka pertemuan bagi para pengangguran tapi juga bagi siapa saja yang tertarik untuk bergabung, gerakan ini juga mulai mencari hubungan di wilayah lainnya.
Dua prinsip dasar yang di setujui bersama oleh gerakan Jussieu: (1) bahwa aksi dan perjuangan harus di lakukan secara otonom (partai-partai, serikat pekerja, dan organisasi-organisasi hirarkis lainnya harus dianggap sebagai musuh oleh gerakan yang radikal), dan (2) bentuk kerja-upahan harus di gantikan dengan aktifitas self-organized yang lebih bebas.
Dewan Jussieu mengklaim tidak merepresentasikan siapapun, dewan tersebut diadakan hanya sebagai sebuah tempat bertemu dimana orang-orang dapat mendiskusikan apa saja yang mereka mau, dan apabila tertarik, dapat bergabung dengan yang lainnya untuk melaksanakan proyek yang di setujui ini. Dalam beberapa kejadian, seluruh gerakan yang mendadak ini dilakukan oleh beberapa lusin orang dari kelompok-kelompok pengelana, yang biasanya melakukan intervensi-intervensi di acara fashion show ataupun melempari tomat busuk ke wajah para agen-agen pajak; lalu menyerang sebuah supermarket dan memaksa pemiliknya untuk memberikan satu gerobak penuh makanan; lalu pergi ke subway dan pergi ke bagian kota lainnya untuk menyebarkan selebaran-selebaran ataupun graffiti yang bertuliskan: “waktu yang telah kau jual takkan pernah kau dapatkan kembali”, “kami tidak menginginkan bagian dari roti, kami menginginkan pabrik rotinya!”; dan setelah itu kembali ke dewan Jussieu untuk menceritakan hari yang penuh petualangan itu.
Di halaman selanjutnya kami telah menerjemahkan beberapa leaflet dan komunike. Kami menyebarkan materi-materi tersebut karena kami pikir hal ini mungkin dapat berguna dan dapat menantang orang-orang di negara lainnya yang menghadapi situasi yang sama. Sirkulasi ini tidaklah ditujukan untuk (seperti yang sering dilakukan oleh reportase-reportase kejadian dari gerakan-gerakan internasional lainnya) meliputi orang-orang dengan sebuah pertunjukan kejadian yang membesar-besarkan dan cenderung exotis, yang memberi impresi bahwa revolusi hanya dapat terjadi dengan aksi dashyat tanpa henti yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok masyarakat lain yang berada di bagian planet lainnya.
Kami bukannya berpendapat kalau Perancis sedang berada di ambang pintu revolusi. Aksi yang di laporkan di sini hanya di lakukan oleh minoritas dari populasi, dan gerakan sudah terlihat berakhir (selain pertemuan Jussieu yang diadakan seminggu dua kali). tapi kami juga berpendapat kalau para partisipan gerakan ini telah menemukan bahwa kehidupan sesungguhnya di mulai dari pengalaman-pengalaman personal. Dan pengalaman seperti ini kadangkala membawa kita ke sesuatu hal yang lebih besar.
BUREAU OF PUBLIC SECRETS
[BIRO RAHASIA PUBLIK]
April 1998
Sesuatu yang tidak biasa sedang terjadi di negara ini. Sampai-sampai media,
politikus, organisasi-organisasi pemerintah lainnya berusaha menutup-nutupi dan
mendiamkannya. Dua bulan lalu Jospin secara blak-blakan menolak tuntutan para
penganggur. Sejak saat itu serikat-serikat dan assosiasi pengangguran resmi
menyuruh para penganggur untuk pulang ke rumah dan menyerahkan seluruh masalah
kepada mereka. Media sama sekali tak menaruh mata, dan yang terjadi hanyalah
penyebaran-penyebaran selebaran, tidak lebih dari itu.
Namun di sisi lain, hampir di semua tempat di negara ini para individu datang bersama-sama dengan kelompok-kelompok maupaun kolektif lalu bergabung di pertemuan jussieu dan mulai berdiskusi dengan yang lainnya secara langsung dan bebas.
Kami adalah salah satu dari mereka yang mengambil bagian pada pertemuan di universitas Jussieu ini. Selama akhir bulan dan setengah bulan ini sebuah forum yang kami organisasikan sendiri telah dilaksanakan setiap malam. Kami mulai saling berbicara dan mendengarkan satu sama lain — “para penganggur”, ”pekerja miskin”, “pelajar”, “gembel”, “kaum militan”, “unionist”, dan “siapa saja”. Kami menaruh tanda kutip pada label-label individu diatas karena, selain saling berdiksusi, kami mulai menyadari bahwa label-label tadi hanya menutupi diri kami untuk mengisolasikan diri kami satu sama lain, bahkan untuk memanipulasi diri kami untuk saling menyakiti; selain jabatan sosial kami yang sebenarnya, kami semua merupakan subjek dari sebuah sejarah yang sama, penindasan yang sama, dan juga tergambarkan hampir dengan kebutuhan, keinginan-keinginan dan pertanyaan yang sama.
Kami mulai untuk mendiskusikan SEGALA SESUATU. Di mulai dengan apa yang sebenarnya memporak-porandakan hidup kami, yaitu kerja dan ketidak bermaknaannya (kami menyimpulkan bahwa sembilan puluh persen dari produksi masyarakat sekarang ini adalah omong kosong tak berguna), upahnya yang menyedihkan, hirarkinya, horor kesehariannya; juga kebosanan dan kemalangan dari pengangguran, yang mulai kita sadari bahwa itu semua hanyalah bagian dari sirkulasi kerja, sebuah ancaman yang tertanam di pikiran setiap pekerja, memaksa mereka untuk terus tunduk pada pemerasan ekonomi.
Kami juga membicarakan masalah uang dan perdagangan; juga kesehatan, makanan yang kita konsumsi, juga udara yang kita hirup. Dan semakin jelas bahwa, dari sisi manapun kamu memahami masyarakat ini, kalian tidak akan dapat mengubahnya secara satu per satu tanpa mengubah keseluruhannya; karena segala sesuatunya telah dikaitkan dengan keuntungan dan uang, dan mahkluk hidup diperlakukan tidak lebih dari sekadar komoditi-komoditi lainnya: Membayar lebih atau sengsara, dieksploitasi, lalu di buang, layaknya sampah ketika tidak ada lagi yang dapat diperas untuk menghasilkan keuntungan. Setelah mecapai konklusi ini, kami memutuskan untuk mengkomunikasikannya pada yang lainnya.
Jadi kami mulai menulis selebaran. Tapi kami juga merasakan bahwa kontak langsung itu lebhi penting, karena itu kami pergi ke kafetaria-kafetaria dari berbagai macam usaha untuk bertemu dan berdiskusi dengan para pekerja, juga melakukan invasi ke kantor-kantor (ketenagakerjaan dan pengangguran, perusahaan utiliti, kantor surat kabar, restoran, etc) sebagai usaha untuk mengatakan kepada semua orang apa yang kita capai bersama di dalam pertemuan. Kami bertemu dengan para imigran illegal dan mengekspresikan siapa diri kami, dengan para pemogok wildcat, dan juga dengan konfederasi petani yang menolak penggunaan jagung rekayasa genetika, karena kami semua sadar bahwa kesengsaraan yang kami alami bersama berasal dari penyebab yang sama: Uang tunai, dan sistem yang menunjangnya.
Kami mulai mencari ide-ide yang lebih baik untuk sebuah masyarakat yang kami inginkan dengan melakukan beberapa eksprerimentasi langsung: pertemuan yang diadakan terus-menerus, membangun sebuah kebun kolektif agar kami dapat menanam sumber makanan kami sendiri, mengajarkan kedermawanan kepada penjaga toko (contoh-contoh utama dari kesombongan sosial); mencoba cara-cara yang berbeda dari hubungan interpersonal dalam permainan, menjelajah, mengadakan pesta makan malam. Seperti yang dikatakan oleh salah satu dari kami pada saat pertemuan: “selama dua bulan ini aku telah mendapatkan banyak teman, aku tidak pernah merasa bosan sedikit pun, dan dengan leganya aku mengatakan bahwa aku tidak lagi menunggu dengan gelisah cek per bulanku seperti yang dialami oleh banyak orang.”
Kami juga memperingatkan kepada para musuh-musuh kami, (bankir, pemodal, politisi, administrator, dan jurnalis) bahwa setelah kami telah memecahkan rantai isolasi kami, mereka tidak akan dapat lagi melakukan perbuatan-perbuatan kotor mereka terhadap kami.
Kami telah di represi (cara pemerintah merespons gerakan kami). Kami semua juga berjuang untuk membebaskan teman-teman kami yang di penjara. Dan kami akan terus menerus berefleksi dan kritis (juga satu dengan yang lain).
Kami juga tidak hanya berkonklusi bahwa tidak akan pernah ada kerja yang cukup bagi semua orang (yang keduanya di sebabkan oleh mesin-mesin dan juga perbudakan baru di negara-negara dunia ketiga), namun walaupun lapangan kerja itu ada, kami tidak berkeinginan untuk bekerja satu jam pun hanya untuk menghasilkan kebodohan, sampah yang tidak berguna, dan karena seluruh keperluan produksi haruslah di eksaminasi kembali dan di dasari atas kebutuhan dan hasrat kita. Seluruh uang yang ada di dunia ini, walau itu di bagikan secara rata pada semua orang, tidak akan memberikan perubahan yang berarti. (Kami akan tetap menerima uang yang kami tekan pada mereka, tapi uang bukanlah yang sebenarnya kami inginkan.)
SELAMA UANG ADA, MAKA TIDAK AKAN PERNAH CUKUP UNTUK SEMUA ORANG.
Refleksi ini secara alami telah membuat kami sadar bahwa kami perlu membangun bentuk yang berbeda dari masyarakat, sebuah tatanan dimana setiap orang dapat menentukan sendiri aktifitas dan produksi mereka daripada menjadi budak dari sistem produksi sekarang ini. Ini memang sebuah proyek yang besar. Tapi semenjak kami semua adalah “pengangguran”, kami mempunyai satu harta karun yang tidak berharga, yaitu, Waktu! Dan sejak saat ini kami memutuskan untuk menggunakan setiap waktu bagi kehidupan kami, untuk sebuah proyek-proyek yang menghasilkan momen-momen yang hidup dalam kehidupan kami, daripada melewatkan waktu dengan kerja-kerja yang hampa setiap hari, pulang rumah dan menonton tv dan mengulangi hari yang sama di esok harinya sampai ajal tiba ataupun menunggu antrian panggilan kerja di kantor-kantor menanti pekerjaan yang absurd.
Kami tahu kalau jutaan orang mempunyai perasaan dan ide yang sama, walau dalam banyak kasus keinginan seperti ini terkubur di dalam jurang perasaan mereka. Namun segala sesuatunya terserah pada kita semua, jika kita menginginkan untuk lepas dari isolasi-isolasi dan kepatuhan kita masing-masing. Kami mulai mengunjungi satu sama lain. Diskusi mengambil tempat di Paris dan beberapa dareah lainnya. organisasi dan aksi bersama-sama di koordinasikan.
Bagi kami, kesejahteraan yang sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan uang dan komoditi. Kami menemukan kekayaan di dalam pertemuan-pertemuan kami, rencana kolektif, dan juga di dalam mimpi-mimpi kami yang lain, sebuah masyarakat yang manusiawi — sebuah masyarakat dimana semua orang dapat bergabung untuk membayangkan bentuknya dan mengkreasikannya.
[7 maret]
* * *
Kami menduduki E`cole` Normale` Superieure` pada saat ini adalah untuk sebuah alasan yang tak dapat menunggu: kami menginginkan sebuah forum untuk dapat mendiskusikan sesuatu dan mendebatkannya. . . . Isolasi-isolasi dari para individu merupakan poin lemah dari perjuangan-perjuangan sebelumnya dan merupakan senjata utama dari sistem sekarang ini, isolasi haruslah dihancurkan.
[ca. 9 januari]
* * *
Kami menduduki markas nasional partai sosialis sebagai sebuah respons dari (perdana menteri partai sosialis) pernyataan Jospin di TV semalam. . . . Jauh dari niatan lain, gerakan ini dilakukan untuk mempertanyakan seluruh organisasi kerja dan isu-isu sosial yang mendasar, yang dengan secara hati-hati dihindari oleh Jospin dalam pidato-pidatonya. Karena inilah kami menyerukan kepada semua orang untuk mengorganisaikan diri mereka untuk meneruskan dan mempertahankan perjuangan.
[22 januari]
* * *
Kamu tidak memerlukan agensi-agensi ketenagakerjaan untuk melakukan PENDUDUKAN!
Bergabunglah dengan kami di,
Dewan pertemuan di unversitas Jussieu,
Tiap minggu pada pukul 06:00 pm
* * *
Perjalanan kami adalah hari-hari aktif pertemuan, hari-hari dimana kami bermain-main dengan kota dan dengan hidup. Kami mencoba untuk tidak memapankan rutinitas, namun mencari inspirasi dalam membangkitkan ekspresi imajinasi setiap orang. Beberapa orang menganggap antusiasme kami berlebihan. Kami tidak mengklaim lebih superior dari orang lain, tapi kami merasakan bahwa kebersamaan kami mengandung sebuah benih keajaiban. Sedikit demi sedikit hubungan baru tercipta; kami menemukan kembali momen kebebasan; kedatangan bersama mimpi-mimpi kami, bahkan kegilaan kami, membawa kami menuju sebuah realita yang bersemangat dari sebelumnya. Musim dingin sudah lama melanda, Biarkan bunga-bunga bermekaran di musim semi yang cerah.
* * *
Cara terbaik untuk menghapuskan pengangguran adalah dengan menghapuskan kerja dan uang yang berkaitan dengannya.
* * *
Sangatlah absurd untuk menuntut “terciptanya lapangan kerja.” Kekayaan yang ada sudah lebih dari memadai untuk mencukupi kebutuhan semua orang; yang diperlukan hanyalah tinggal membagi-bagikannya. Sebagaimana seluruh bentuk-bentuk produksi yang tidak tidak melayani kepentingan yang sebenarnya, sebuah revolusi sosial akan menutup pabrik-pabrik dan menghapuskan pekerjaan-pekerjaan yang tidak berguna dalam dua belas jam daripada kapitalisme selama dua belas tahun. Kami tidak menginginkan kesempatan kerja yang total, kami menginginkan “kesempatan hidup yang sepenuhnya”.
* * *
Membuat tuntutan seperti ini adalah benar secara moral maupun strategi, layaknya benefit bagi pengangguran ataupun jasa pelayanan publik yang gratis. Namun sebuah gerakan sosial seharusnya tidak membatasi dirinya hanya sampai sini. Menjumlahkannya untuk menuntut keadilan dari seluruh kekuatan-kekuatan yang didasari atas ketidakadilan. Slogan terkenal: “REALISTISLAH, DAN TUNTUT YANG TAK MUNGKIN!” bukanlah semata sloganis, lirikal, provokatif dan membesar-besarkan, namun merupakan suara yang paling masuk akal dan sehat. . . . Siapapun kita, pelajar, pekerja, ataupun penganggur, apa yang kita perlukan adalah tempat, waktu untuk bertemu, untuk membagi dan menceritakan mimpi-mimpi dan keinginan kita, dan membangun kembali hidup kita. Kita harus menuntut keindahan dan kesejahteraan bukannya kesempatan kerja!
* * *
Sampai sekarang ini, momok pengangguran telah digunakan oleh sistem kapitalis untuk meneror masyarakat agar menerima segala jenis pekerjaan yang disodorkan kepada mereka, dan lebih absurd lagi, menerimanya dalam kondisi apa saja. . . . Bukankah ini saatnya bagi kita, untuk mempertanyakan seluruh makna dari produksi yang kita lakukan? Apa yang kita produksi? Untuk siapa? Bagaimana? Apa dampaknya pada kehidupan sosial dan ekologi? . . . Mulailah berhenti untuk menggantungkan hidup kita kepada para spesialis yang mengklaim berbicara dan berjuang demi kehidupan kita. semuanya terserah pada kita untuk memutuskan apa yang mungkin, apa yang kita mau, dan bagaimana cara mendapatkannya. Semua tergantung pada diri kita untuk mengklaim kekuasaan pada diri kita sendiri, semua terserah pada kita untuk mengambil kembali sumber daya alam material yang telah dirampok dari kita secara politis dan finansial.
* * *
Orang yang tidak bekerja memiliki waktu luang yang banyak, karena mereka telah terlepas dari belenggu produksi. . . . Mereka menjadi berbahaya ketika mereka mencari sesuatu yang signifikan dengan waktu yang luang itu. . . . Pilihan sebenarnya bukanlah bekerja dan mendapat upah ataupun menjadi penganggur, tapi antara aktifitas yang bebas dengan aktifitas yang menciptakan keterasingan (alienasi). . . .
Gerakan ini dapat menjadi platform demi artikulasi dari seluruh perjuangan yang terpisah yang telah berhasil mencapai tahap yang sama dalam perjuangan melawan seluruh sistem komoditi. . . .
Kontradiksi mendasar dari gerakan ini berada diantara kecenderungan untuk membatasi dirinya sendiri pada tuntutan reformasi yang diserukan oleh para birokrat asosiasi dan kecenderungan radikal untuk menghapus seluruh sistem yang di setujui dan diekspresikan di dewan pertemuan Universitas Jussieu. Sejauh ini para birokrat dan para spesialis ini mempunyai kepentingan yang berbeda, mereka tidak menginginkan masalah ini mencapai pada puncaknya, karena apabila itu terjadi, mereka juga akan kehilangan pekerjaan mereka. Mereka tidak mempunyai keinginan lain tapi untuk membawa gerakan pada perjuangan yang absurd yang takkan pernah dimenangkan mauapun berakhir. Satu hal yang tidak mereka inginkan adalah ketika semuanya telah kehilangan kontrol. . . .
Masalah yang serius di dalam gerakan ini adalah bagaimana menghapus isu-isu reformis yang dianjurkan oleh para spesialis dari isu sentral pengangguran, dan bagaimana menarik pelatuk reaksi berantai yang akan menyebar ke seluruh masyarakat dan pada akhirnya akan menghentikan seluruh tirani dari ritme produksi. Pemberontakan mei 1968 menghasilkan effek seperti ini. . . . Namun para organisasi birokrat kiri pada waktu itu (Partai Komunis Perancis), yang mempunyai pengikut kuat dari para pekerja, dengat sangat sukses menyabotase gerakan ini. . . . Walau begitu, gerakan mei 68 ini menunjukan sebuah ke efektifan yang menakjubkan dari kelompok-kelompok kecil yang berjumlah lusinan orang yang mengimplementasikan apa yang mereka inginkan dan putuskan. Kelompok ini memberi kebebasan dalam beraksi maupun berpendapat — karena hanya jika orang-orang mempunyai sesuatu yang dilakukan secara bersama, mereka juga mempunyai sesuatu yang ingin di sampaikan.
* * *
Mayoritas dari para penganggur ini terpenjara sendiri oleh isolasi mereka. Gerakan ini sedang berada dalam persimpangan: diantara pilihan terus-menerus menuntut reformasi yang tidak mungkin dari sistem negara maju ini yang takkan membawa perubahan apapun pada para penganggur; ataukah mulai menyadari basis essensial dari problematika sebenarnya dan mulai mempertanyakan hubungan-hubungan sistem komoditi yang telah menghancurkan segalanya yang manusiawi yang pernah ada di masyarakat ini.
* * *
Sosiolog tertentu menggambarkan kita sebagai sebuah “generasi yang dikorbankan”. Tapi, kami menolak untuk mengorbankan hidup kami demi kepentingan stok pasar, pemerintahan, dan politik busuk mereka. Kami memilih melakukan perjuangan di dalam keseharian kami yang di lakukan secara otonom. Kami tidak mempunyai pemimpin,. Dewan kami menyamaratakan kekuasaan pada semuanya; komite-komitenya adalah subjek dari kolektif. . . .
Wahai kawan pelajar, apabila tidak terjadi sebuah perubahan ekonomi dan sosial yang mendasar, kita semua akan berakhir menjadi penganggur di kemudian hari. Kami menyerukan kepada semua orang untuk mendukung hak-hak para penganggur dan pekerja untuk sebuah kehidupan yang lebih baik. Setiap individulah yang akan mempengaruhi bagaimana wajah masa depan nantinya. Jangan biarkan yang mereka memutuskannya untukmu! Lawan balik!
—Komite Aksi Pelajar menengah atas
* * *
“Kemakmuran 358 milyuner — 358 orang-orang terkaya di dunia — melampaui jauh pendapatan pertahun dari empat puluh lima persen orang-orang termiskin di planet ini yaitu, 2,6 milyar orang” (Le Monde Diplomatique, feb 1997). . . . Kamu pasti sungguh naif untuk berpikir bahwa para politisi-politisi bijak itu dapat mengobati keluh-kesah dari kaum papa. Para politisi itu, tidak lain hanyalah administrator-administrator yang bertugas melayani master-master bumi yang sesungguhnya: para pemilik perusahaan multinasional. . . .
Kita memerlukan semangat untuk membangun sebuah “masyarakat yang bebas” — semangat untuk kreasi sebuah masyarakat yang berbeda. . . . Hal ini memang tampak lebih komplex, namun lebih baik di bandingkan menunaikan cek perbulan kita dan pergi tidur, atau menunggu para pahlawan politik untuk memecahkan masalah kita. . . . Dan proyek seperti ini memberikan kita manfaat yang lebih baik: sebuah “pendudukan” yang sangat berharga bagi umat manusia!
[Brittany]
* * *
Pada tanggal 8 january 1998, 200 anggota dari konfederasi petani bereaksi menentang pemerintah terhadap keputusan untuk menetapkan penggunaan jagung relayasa genetika di Perancis, mereka mendobrak gudang Novartis Seed Company, membuka sak-sak jagung dan membakarnya, sebagai sebuah usaha untuk menunjukan berbahayanya pengguanaan jagung jenis ini terhadap manusia. Menurut petani-petani ini jagung ini beresiko mentransmisikan sebuah efek kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia. (Le Monde, january 19)
Pergerakan penganggur harus melihat hubungan yang sangat dekat antara aksi seperti ini dan aksi yang dilakukannya. Relasi-relasi pasar yang cenderung menonaktifkan mayoritas masyarakat dari segala kekuasaan kehidupan mereka sendiri, adalah relasi yang sama yang menyebabkan degradasi konstan yang meningkat dari kondisi mendasar kebertahanan hidup oleh perusakan alam dan penyebaran racun keseluruh populasi. . . . Kapitalisme sama saja dengan bunuh diri, setiap kali melangkah menuju perkembangan baru, secara bersamaan juga langkah baru menuju bencana. Skala dan lingkup luas dari bencana dan ancaman yang disebabkannya menjadi masalah hidup dan mati untuk mempertanyakan kondisi alami masyarakat yang di dominasi oleh relasi-relasi komoditi. karena alasan untuk bertahan hidup, kita semua harus melakukan suatu transformasi radikal dari masyarakat. . . .
Tiga dari anggota konfederasi petani di tahan karena aksi ini. Kami berniat untuk mendukung mereka semampu kami, yaitu dimulai dengan mengambil bagian di dalam demonstrasi besar-besaran sebagai sebuah solidaritas dan protes yang akan di adakan di kantor pengadilan di saat pengadilan mereka berlangsung pada tanggal 3 februari.
—Dewan utama Jussieu (21 januari)
* * *
Teknik-teknik dominasi berkembang secara tajam — saking cepatnya bahkan melebihi peningkatan keuntungan dan pengangguran — dimana siapapun yang tidak berada di dalam lingkaran kekuasaan dihadapi pertanyaan seperti ini: apakah masih mungkin untuk mendengungkan kebenaran disaat banyaknya kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik berada dalam satu liga untuk menutup-nutupinya? Bagaimana, ditengah-tengah sebuah populasi yang diubah menjadi penonton yang tuli, dapatkah kita merintangi perbuatan-perbuatan para pebisnis dan pendukung-pendukungnya untuk terus melakukan kegiatannya di siang hari yang terang, mengetahui kalau takkan ada yang akan menentang mereka tidak peduli mereka salah atau benar? Di tengah-tengah kondisi seperti ini, bagaimana kita menghadapi situasi yang benar-benar darurat?
Menghadapi jagung-jagung rekayasa genetika Novartis dan pemerintah yang secara menjijikannya melegalkan keberadaan jagung ini, yang juga telah berbohong mengenai keamanan pengkonsumsiannya. . . . kawan-kawan dan aku sendiri berpikir bahwa aksi haruslah dilakukan sebelum terlambat. . . .
Para demonstran yang bergabung di sebuah perkara pengadilan pertama kali mengenai tanaman rekayasa genetika, yang teriakan-teriakannya terdengar sampai kedalam ruangan pada sore hari ini, pada saat yang bersamaan mengangkat perkara mengenai sebuah tatanan sosial yang beresiko meracuni kemanusiaan dan seluruh planetnya atas nama keseimbangan ekonomi dan perdagangan bebas.
—Re`ne riesel, “pernyataan pada agen pengadilan” (3 februari)
* * *
Seperti yang kita semua harapkan, konfederasi petani telah sukses mengubah perkara dari ketiga anggota yang telah menghancurkan stok-stok jagung rekayasa genetika menjadi sebuah perkara pengadilan tentang jagung itu sendiri dan perusahaan agro-industri multinasional yang memproduksinya. 10 saksi dari para ilmuwan, petani ekologis, dan konsumen bersaksi mengenai penetapan pemerintah atas kulitvasi jagung jenis ini adalah sangat berbahaya. 1800 orang yang berkumpul di luar gedung menuntut moratorium dari penjualan dan kultivasi jagung berbahaya ini. 292 organisasi dari 24 daerah juga mengekspresikan dukungan mereka. . . . Apapun hasil yang akan keluar,(2) kejadian ini akan menandakan tahapan yang penting dari mobilisasi internasional untuk membela ekologi, petani agrikultur melawan perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan kimia yang berbahaya.
—Konfederasi petani (3 februari)
* * *
Kami mengetahui apa yang kalian butuhkan lebih baik dari
kalian sendiri.
Karena kami adalah para Spesialis!
Sejak kalian memilih kami, kami tidak pernah memikirkan hal yang lain selain kesejahteraan Kalian.
Kami benar-benar khawatir mengenai masalah pengangguran ini. Karena itu kami berusaha mencari solusi yang mungkin dari masalah ini. Kami ingin memberitahu kalian mengenai efek dari kemalasan yang menyiksa diri kalian sendiri (semua orang tahu kalau itu cara kerja iblis). kami ingin menyelamatkanmu dari bahaya dan kesengsaraan ketika orang-orang mulai mengambil kontrol untuk diri mereka sendiri dan memutuskan segalanya menurut kemauan mereka sendiri.
Setelah melalui kalkulasi yang panjang dan melelahkan, para ahli kami menemukan solusi terbaik untuk merevitalisasi alur profit (yang tentunya akan di bagikan kepada semua orang), yaitu dengan membuka lapangan-lapangan kerja baru secara maksimum demi kebutuhan manusia, profesi seperti: penyemir sepatu, penjaga pintu, pembungkus plastik di supermarket, ataupun pelayan anjing kesayangan para bos. Dalam mengambil peranan penting dalam masyarakat, kami sangat percaya diri kalau para penganggur senang dengan kesempatan kerja ini.
Beberapa orang yag tidak puas selalu cepat mengkritisi tapi tidak pernah mengajukan ide-ide yag konstruktif tentang bagaimana menciptakan masa depan yang baik bagi kehidupan manusia. Mereka berusaha menyatakan bahwa program-program seperti ini (satu-satunya program yang dapat menyelamatkan peradaban) dan pekerjaan-pekerjaannya sangatlah tidak berguna dan menyengsarakan. Para kriminal-kriminal utopian ini menginginkan masyarakat mendahului profit, dan mengubah negara beradab ini menjadi barbarisme, seperti yang pernah terjadi di hari-hari gelap revolusi Perancis dan Komune Paris yang berdarah.
Kita semua telah mempelajari sejarah. Kami tidak menginginkan negara ini — negara indah yang menjamin kebebasan berekspresi, kesejahteraan, waktu luang, dan program olah raga di acara tv untuk masyarakatnya — diserahkan kepada kaum proletar pemabuk yang buta huruf. Karena itu dengan segala kebijaksanaan dan juga untuk keamanan semua, kami memutuskan untuk menawarkan pekerjaan pada ratusan ribu anak muda sebagai pembantu polisi, penjaga part-time, pengganti pemeriksa tiket, atau informer magang.
Teruslah untuk menggantungkan nasib kalian kepada kami. Dan jangan pergi ke universitas Jussieu, karena hal itu tidak akan menyelesaikan apapun selain hanya merugikan diri kalian sendiri. Seperti yang kalian tahu, keinginan kalian adalah keinginan kami juga.
—PEMERINTAHMU
KETERANGAN:
1. Untuk sebuah eksaminasi yang lebih detil mengenai bagaimana masyarakat seperti itu dapat terjadi, tak tiknya, dan analisa yang lebih dalam, baca The joy of revolution, buku dari Ken Knabb, Public Secrets.
2. Ketiga petani, Rene Riesel, Francis Roux, dan Jose Bove, di tunda hukumannya dan disuruh menebus denda kerugian sebanyak 100 000 $ atas kerusakan pada pihak Novartis. Mereka tidak pernah berniat untuk menebusnya. Sementara itu isu ini telah di ketahui secara luas dan menjadi perdebatan dan pemerintah Perancis merasa berkewajiban dalam membentuk tim juri independen untuk menyelidiki kemungkinan resiko yang dapat di sebabkan oleh Jagung rekayasa genetika tersebut. Untuk informasi yang lebih lanjut mengenai perkembangannya dapat kalian ketahui disini: Confédération Paysanne, 81 Avenue de la République, 93170 Bagnolet, France (www.confederationpaysanne.fr).
Seluruh bagian dari tulisan ini keluar pada bulan Januari-Maret tahun 1998. Selain tulisan dari Bureau Of Public Secrets, semua teks ini yang ada disini berasal dari Paris. Terima kasih untuk Luc Mercier, orang yang menyediakan hampir semua bagian dari teks dan informasinya. Diterjemahkan dari bahasa Perancis ke Inggris oleh Ken Knabb. Dari Inggris ke Indonesia oleh Ray—Kolektif Libertania, Balikpapan Kaltim. 2005.
Indonesian version of We Dont Want Full Employment, We Want Full Lives!, a presentation of documents from the French jobless revolt of 1998. Translated 2003 (and revised 2005) by Ray, Kolektif Libertania (East Borneo).
Original French version of these documents
English version of these documents
Other texts in Indonesian at this website